Coffee of Destiny

Entah kapan terakhir kalinya aku duduk, hening, mencoba mengambil jarak dari diriku sendiri. Hidup terasa begitu ramai akhir-akhir ini. Berkutat dengan gadget dan pikiran-pikiran liar menjadi rutinitas yang tak terelakkan. Sampai akhirnya aku sadar, hidup ini begitu hambar dan tak bermakna. Dulu, ketika aku merasa tersesat di jalan bernama kehidupan, aku pernah bertanya, "untuk apa aku ada?" "bagaimana aku hidup?" "mengapa aku ada?". Aku mulai mencari jati diri. Membaca buku-buku, refleksi, dan diskusi menjadi bagian tak terpisahkan dari 24 jam waktuku dalam sehari. Pernah aku terjatuh karena perpisahan, pernah aku bangkit karena perjumpaan. Namun keduanya pun hanyalah peristiwa dari kehidupan. Hidup lebih besar dari peristiwanya. Padahal, satu detik saja peristiwa itu hilang, ceritanya pasti berbeda. Bisa jadi aku tidak seperti ini. Bisa jadi aku menjadi orang yang tidak aku kenal, bahkan menjadi orang tidak pernah aku bayangkan. Tulisan ini biarlah me...