I am Who I am
Demikian pula dengan agama. Sudah lama aku menyadari bahwa esensi setiap agama adalah sama yaitu tentang pencapaian Kesadaran Murni, Kasunyatan, atau Kerajaan Allah. Selama lebih dari dua puluh tahun aku terjebak dalam fanatisme yang secara tidak sadar mengapresiasikan bahwa Tuhan setiap agama adalah berbeda. Jika aku menyembah Yesus, aku tidak menyembah Allah-nya orang Islam. Jika aku menjunjung tinggi ajaran Krishna, aku dianggap sesat. Dan, ketika aku menyapa dengan kalimat, "Assalamu alaikum", orang2 akan menertawaiku dan berteriak, "agamamu i opo??" Aku heran, bukankah artinya sama saja dengan syalom atau salam? "Semoga damai Tuhan selalu besertamu" begitulah kira2 maknanya. Haah, kenapa agama bisa menjadi pemecah belah kemanusiaan seperti itu? Agama pun sering dijadikan dhalil untuk melakukan kekerasan. Bukankah tujuan agama untuku melembutkan jiwa orang2 yang menganutnya? Jika kekerasan justru muncul dari orang2 yang mengaku beragama, sebenarnya orang2 itu sendiri belum beragama. Agama seharusnya menuntun orang pada kesadaran saling memahami dan agama2 yang berbeda hanyalah jalan2 kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Agama seharusnya memanusiakan manusia.
Dari semua yang kupelajari itu, untuk saat ini aku tidak akan memilih satu agama formal apapun. Aku bukan katolik, aku bukan kristen, aku bukan hindhu, aku bukan buddha, aku bukan islam. Aku bisa pergi kemanapun; ke gereja, ke masjid, ke pura, ke vihara, kemanapun aku bisa menyadari adanya Tuhan. Memang Tuhan ada dimana2, tapi aku sendiri yang belum cukup sadar untuk menyadarinya.. Orang2 akan menganggapku sesat. Padahal, aku tidak berada di kelompok mereka. Bagaimana bisa mereka menyesatkan aku? Dengan hukum2 mereka yang tidak aku hidupi? ow, tidak bisa.... Mau menambah kegilaan apa lagi? Lihatlah, kita bisa belajar dari orang lain. Orang2 akan berkata Aku Yohanes, Aku Krishna, Aku Ali, Aku Siddharta. Apa yang sama? 'Aku' mereka. Oleh karena itu, aku hanya akan menjadi aku. Supaya akupun pantas menyelami Kasih Yesus, Keberanian Muhammad, Kebijaksanaan Siddharta, dan Keindahan Krishna.
Komentar
Posting Komentar