I give a prayer as I wait for the new day
Shining vividly up to the edge of that sea
Gondosuli
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Aku mencintaimu seperti gunung merindukan laut.
Aku mencintaimu seperti laut
merindukan pantai.
Aku mencintaimu seperti pantai merindukan ketiadaan manusia..
Gondosuli, 11-9-2022
-Dewabrata-
Setiap sudut kota ini terisi semua kenangan tentangmu. Di saat ku temui keheningan batinku, kamu yang menemani kesunyianku. Malam yang berbeda dari sebelumnya, Senja yang begitu berat berpisah dengan sang surya, Mata yang tak ingin terpejam melepaskan cahaya. Jarak apa yang begitu jauh? Jurang apa yang begitu dalam? Aku hidup dalam realita kepahitan dunia Kau hidup dalam nikmatnya impian Duniaku menancapkan paku pada kayu dan beton Menata bata menjadi sebuah bentuk, Menyusun atap menjadi perlindungan di kala panas dan hujan. Kadang jariku tertusuk paku, kadang kakiku tergores batu. Keringat bercucuran dari seluruh tubuhku, Lelah dan penat menjadi kawan perjalanan pulangku. Inilah realita duniaku. Demi sebuah mimpi.. Tapi duniamu begitu indah. Dimana tidak ada realita tidak ada seperti duniaku Duniamu begitu hening, tidak ada jari yang berdarah, tidak ada keringat membasahi tubuh tidak ada air mata kelelahan, tidak ada duka kesalaha...
Entah kapan terakhir kalinya aku duduk, hening, mencoba mengambil jarak dari diriku sendiri. Hidup terasa begitu ramai akhir-akhir ini. Berkutat dengan gadget dan pikiran-pikiran liar menjadi rutinitas yang tak terelakkan. Sampai akhirnya aku sadar, hidup ini begitu hambar dan tak bermakna. Dulu, ketika aku merasa tersesat di jalan bernama kehidupan, aku pernah bertanya, "untuk apa aku ada?" "bagaimana aku hidup?" "mengapa aku ada?". Aku mulai mencari jati diri. Membaca buku-buku, refleksi, dan diskusi menjadi bagian tak terpisahkan dari 24 jam waktuku dalam sehari. Pernah aku terjatuh karena perpisahan, pernah aku bangkit karena perjumpaan. Namun keduanya pun hanyalah peristiwa dari kehidupan. Hidup lebih besar dari peristiwanya. Padahal, satu detik saja peristiwa itu hilang, ceritanya pasti berbeda. Bisa jadi aku tidak seperti ini. Bisa jadi aku menjadi orang yang tidak aku kenal, bahkan menjadi orang tidak pernah aku bayangkan. Tulisan ini biarlah me...
Hati manusia mengallir bersama kehidupan. Dalam aliran itu, hati berjumpa dengan banyak hal, banyak harapan, banyak kekecewaan, dan banyak hati manusia lain. Aku pernah berpikir, dari begitu banyak aliran, kenapa aku memilih yang satu ini? sunyi.. seolah tiada yang berminat melewatinya. Ternyata hati memiliki logikanya sendiri. Di dorong oleh hukum alam, hatiku memilih aliran ini. Ternyata memang sungguh mencekam.. makian dan pujian pernah kuterima, tapi bukan itu yang kucari. Yang kucari hanyalah keindahan.. keindahan yang mewujud dalam bunga utpala.. seperti agama2 yang berbeda namun memiliki esensi yang sama, itulah keindahan. keindahan yang mewujud dalam satu pribadi manusia itulah utpala. Ah, ku habiskan sepanjang hidupku untuk mencari ini, sebuah keindahan dan wujudnya. Semua tahu, aliran tak pernah konsisten; kadang deras, kadang teduh. Namun, di situlah mulai kukenal diriku. Diri ibarat air yang mengalir bersama alam. Lalu, satu persatu mulai kukenali seki...
Komentar
Posting Komentar