Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Jnana-Marga

Gambar
Kerendahan hati, ketiadaan ketidakjujuran, tanpa kekerasan, kesabaran, keadilan, pengabdian kepada guru, kemurnian badan dan pikiran, ketekunan, dan pengendalian diri, tak menghiraukan keduniawian, menjauhi ke-aku-an, dan persepsi tentang keburukan kelahiran, kematian, usia lanjut, sakit, dan kesengsaraan, dan ketaklekatan, ketaklekatan pada orang lain, rumah, dan semacamnya, serta sikap seimbang yang terus menerus pada semua hal dan kejadian yang diinginkan dan tak diinginkan, puja bakti yang tak terbelokkan kepadaNya dengan disiplin yang sepenuh hati, menyepi ke tempat2 yang sepi, menghindari hiruk-pikuk keramaian manusia, keteguhan dalam pengetahuan jiwa, pengertian tentang falsafah kebenaran sampai purna- inilah yang disebut pengetahuan(jnana) yang sebenarnya(sejati) yang berbeda dengan ketidaktahuan. Sebagai manusia brahmana yang menghidupi jnana-marga, rangkaian kualitas inilah yang berusaha dengan konsisten kuhidupi dan menjadi identitas diriku. Sebagai penyendiri, aku ti...

Nityasamnyasin

Gambar
Wahai nona, kebahagiaan ini membuatku melekatkan hatiku padamu; hasrat keinginan di relung ini membuatku melekatkan tindakanku padamu. Aku adalah seorang brahmana,  melepaskan diri dari kelekatan dan mengingkari diri  adalah kehormatanku... Penyangkalan diri, kata seorang Avatar bernama Isha, tak dapat dipisahkan dari jiwaku. Janganlah engkau membebaniku, wahai nona. Kesetiaan pada sumpahku adalah jalan hidupku. Aku adalah orang yang sepi. Tak pantaslah bagiku untuk selalu bersamamu. Kesendirian adalah dharma-ku. Brahman-lah tujuan hidupku, bukan dirimu. Sekalipun hati ingin bersamamu,  brahmacharya mengalir di setiap aliran darahku.. Maafkan aku, wahai nona jelita, aku tak bisa. Laksana rajawali tunggal yang terbang dalam gelap, aku terbang pulang menuju rumah.. Entah dimana... mungkin di jiwa terdalamku.. Inilah aku, wahai nona, petapa muda yang mengikuti bisikan jiwanya.. bertarung melawan binatang dan raksasa, unt...

(kosong)

Gambar
Di dalam setiap proses yang kulewati, di dalam setiap pergulatan untuk menemukan kesejatian diri, di dalam setiap pertarungan antara cahaya dan kegelapan, di setiap pertahanan menjaga keseimbangan, di tengah menghidupi dharma-ku, terdapat selilit kegelisahan yang tak bisa kupahami. Aku telah berjalan pada garis yang semestinya. Namun, kenapa aku masih saja gelisah? Seorang sahabat mengatakan padaku bahwa aku harus lebih banyak bersosialisasi dengan orang2. Belum saatnya bagiku untuk bertapa dan menjadi brahmana, masih banyak proses jatuh bangun yang mesti aku lewati.. Dia benar. Aku memang belum siap untuk menjalani laku pengingkaran2 diri. Aku belum sanggup untuk hidup disiplin. Aku masih tidak fokus dalam samadi. Aku masih mudah tergoda oleh asmara yang akan mengotori brahmacharya-ku. Aku masih harus mengembara. Lalu, aku pun bertanya pada sang guru. "kegelisahan apakah ini, paman?" tanyaku. Hanya satu kata yang dia berikan padaku, "totalitas".  Benar. ...

Keep Awake

Gambar
" jiwa selalu berada dalam hubungannya dengan yang lainnya. dlam hubungannya itulah jiwa mengalami sisi terang dan bayang2nya, antara mimpi dan kenyataan, antara dendam dan pengampunan, antara cinta dan kehilangan. semua dirasakan jiwa sebagai letupan2 rasa hanyalah sebagian dari dirinya. jiwa lebih besar dari perasaannya.."  Dalam pengembaraan, jiwa selalu dihadapkan pda peristiwa yang menggiringnya pada dualitas. Suka-duka, dendam-pengampunan adalah kesementaran; labilitas kehidupan. Jika memilih satu, pasti akan melahirkan kegalauan. Seseorang yang memilih mendendam harus iap memberi pengampunan. Seseorang yang mencintai, mesti siap mengalami kehilangan. Begitulah menyikapi dualitas, bahwa keduanya hanya bersifat sementara. Jiwa dapat memilih kapan untuk terjaga. Setiap perpisahan akan selalu diikuti perjumpaan baru. Begitulah keyakinanku selama ini. Sebuah kehilangan kurasakan sebagai sebuah kewajaran. Sebuah perjumpaan kumaknai sebagai karma yang sudah p...