Jnana-Marga

Kerendahan hati, ketiadaan ketidakjujuran, tanpa kekerasan, kesabaran, keadilan, pengabdian kepada guru, kemurnian badan dan pikiran, ketekunan, dan pengendalian diri, tak menghiraukan keduniawian, menjauhi ke-aku-an, dan persepsi tentang keburukan kelahiran, kematian, usia lanjut, sakit, dan kesengsaraan, dan ketaklekatan, ketaklekatan pada orang lain, rumah, dan semacamnya, serta sikap seimbang yang terus menerus pada semua hal dan kejadian yang diinginkan dan tak diinginkan, puja bakti yang tak terbelokkan kepadaNya dengan disiplin yang sepenuh hati, menyepi ke tempat2 yang sepi, menghindari hiruk-pikuk keramaian manusia, keteguhan dalam pengetahuan jiwa, pengertian tentang falsafah kebenaran sampai purna- inilah yang disebut pengetahuan(jnana) yang sebenarnya(sejati) yang berbeda dengan ketidaktahuan.

Sebagai manusia brahmana yang menghidupi jnana-marga, rangkaian kualitas inilah yang berusaha dengan konsisten kuhidupi dan menjadi identitas diriku. Sebagai penyendiri, aku tidak memisahkan diri dengan dunia, sebab ketika aku menyatu dengan Sang Ilahi, aku telah menyatu dengan seluruh Alam Semesta yang merupakan tubuh(perpanjangan tangan)Nya. Bagaimana bisa aku terpisah dari dunia? Pengetahuan itu bersifat abadi, mengatasi semua bentuk eksistensi dan non-eksistensi, awal dan akhir; jika sampai pada kesadaran tentang pengetahuan ini, aku telah sampai pada inti dunia itu sendiri, Sang Kebenaran.

Sekalipun aku dibenci dan dianggap aneh oleh dunia, aku tidak akan menundukkan kepala. Sebab hanya dunia permukaan yang membenciku, bukan Sang Inti Dunia. Aku tidaklah takut. Tuhan berjanji, "Demi melindungi kebaikan, demi menghancurkan yang jahat, dan demi penegakkan kebenaran, Aku terlahir ke dunia, dari abad ke abad." Sementara, menegakkan Cinta Kasih, Kebenaran, dan Kemurnian hati yang selalu berusaha kulakukan. Sekalipun selalu gagal, setidaknya itulah prinsip hidupku. Itulah kenapa aku menjadi kuat. Jika aku lari dari dharma-ku ini, itu artinya mengkhianati diriku sendiri. Jika diriku sendiri saja ku khianati, bagaimana bisa aku setia pada apa yang di luar diriku? 

Pengetahuan sejati, kata-kata suci, misteri paling tinggi, Rahasia paling rahasia telah didedahkan padaku. Bagaimana bisa aku menolakknya? Keberanian untuk menghidupinya adalah satu-satunya jalan. Dan, dengan tertatih, dengan sempoyongan namun penuh keyakinan Diri, aku sedang melakukannya. 
Rahayu... Rahayu... Aum Tat Sat....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Di Kala Senja

Coffee of Destiny

Stream Of Destiny