Keep Awake

"jiwa selalu berada dalam hubungannya dengan yang lainnya. dlam hubungannya itulah jiwa mengalami sisi terang dan bayang2nya, antara mimpi dan kenyataan, antara dendam dan pengampunan, antara cinta dan kehilangan. semua dirasakan jiwa sebagai letupan2 rasa hanyalah sebagian dari dirinya. jiwa lebih besar dari perasaannya.."

 Dalam pengembaraan, jiwa selalu dihadapkan pda peristiwa yang menggiringnya pada dualitas. Suka-duka, dendam-pengampunan adalah kesementaran; labilitas kehidupan. Jika memilih satu, pasti akan melahirkan kegalauan. Seseorang yang memilih mendendam harus iap memberi pengampunan. Seseorang yang mencintai, mesti siap mengalami kehilangan. Begitulah menyikapi dualitas, bahwa keduanya hanya bersifat sementara. Jiwa dapat memilih kapan untuk terjaga.
Setiap perpisahan akan selalu diikuti perjumpaan baru. Begitulah keyakinanku selama ini. Sebuah kehilangan kurasakan sebagai sebuah kewajaran. Sebuah perjumpaan kumaknai sebagai karma yang sudah pasti terjadi. Keduanya adalah bagian dari drama kehidupan yang jenaka; sebuah hukum alam.  "Tapi, manusia memiliki perasaan." Benar. Hanya saja, tidak ada yang mewajibkan kita untuk gembira ketika mengalami suka. Tidak ada pula yang mewajibkan kita untuk bersedih ketika mengalami duka. Manusia harus menjadi pengendali perasaannya; salah satu prinsip keseimbangan jiwa. Seperti ketika aku menulis buku ini, kudorong perasaanku sedalam mungkin supaya terlahir kata2 yang tertuang dalam setiap goresannya. Lalu setelah kututup buku, kukembalikan kembali emosiku pada keseimbangan. 

Begitulah aku menyikapi dualitas. Jiwa dapat memilih kapan untuk terjaga...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Di Kala Senja

Coffee of Destiny

Stream Of Destiny