Differences That Make The Rainbow

Belakangan ini sering sekali didengungkan kembali nilai2 Pancasila yang setelah reformasi ini seperti dianak-tirikan. salah satu nilai yang dibicarakan adalah pluralitas.
Pluralitas kumaknai sebagai sebuah kesadaran bahwa setiap orang berbeda dan berhak, bahkan, harus menjadi dirinya sendiri. hali ini akan mendorong sebuah toleransi yang saling mengembangkan. sayangnya, kesadaran ini semakin terkikis oleh arus eksklusivitas dan ditutupi oleh implementasi kata "kebersamaan" yang kabur.
Dalam organisasi yang baru2 ini kutinggalkan, kekeliruan implementasi kebersamaan sangat terasa. setiap orang dituntut untuk seiyasekata dalam segala hal. akhirnya ruang untuk menjadi diri sendiri menjadi tidak ada. setiap perbedaan dianggap sebagai penghalang yang harus disingkirkan; dianggap sebagai batu sandungan. padahal kebersamaan tidak sama dengan penyeragaman. nilai sejati dari kebersamaan sebenarnya sudah termuat dalam prinsip2 organisasi. seperti halnya organ tubuh yang berbeda-beda yang memiliki peran masing2.. perbedaan tidaklah menjadi masalah.oleh karena itu dinamakan organisasi; masing2 organ yang berbeda memiliki peran tersendiri. bayangkan jika semua organ tubuh jantung atau lambung. apa yang akan terjadi? dan, jika ada yang mengatakan bahwa organisasi ini bukan organisasi tetapi adalah sebuah komunitas yang terorganisir, hal itu adalah omong kosong besar. sebab prinsip2 dasar tentang organisasi saja tidak dipahami, bagaimana mungkin bisa menyebutnya sebagai sesuatu yang terorganisir? kata terorganisir bisa dipakai saat prinsip2 organisasi tentang pemaknaan perbedaan sudah dipahami. meskipun sebenarnya kelompok ini tetaplah organisasi sebab memiliki struktur yang jelas.
Perbedaan seharusnya indah. sebab disadari atau tidak, semua hal di dunia ini berbeda dan penyeragaman adalah sebuah kebodohan. pebedaan jugalah yang membuat pelangi indah. pemahaman seperti inilah yang membuat Pancasila begitu luhur. dan, membiarkan setiap orang menjadi dirinya sendiri adalah perwujudan Cinta, sama seperti cara Allah mencintai manusia..
Pluralitas kumaknai sebagai sebuah kesadaran bahwa setiap orang berbeda dan berhak, bahkan, harus menjadi dirinya sendiri. hali ini akan mendorong sebuah toleransi yang saling mengembangkan. sayangnya, kesadaran ini semakin terkikis oleh arus eksklusivitas dan ditutupi oleh implementasi kata "kebersamaan" yang kabur.
Dalam organisasi yang baru2 ini kutinggalkan, kekeliruan implementasi kebersamaan sangat terasa. setiap orang dituntut untuk seiyasekata dalam segala hal. akhirnya ruang untuk menjadi diri sendiri menjadi tidak ada. setiap perbedaan dianggap sebagai penghalang yang harus disingkirkan; dianggap sebagai batu sandungan. padahal kebersamaan tidak sama dengan penyeragaman. nilai sejati dari kebersamaan sebenarnya sudah termuat dalam prinsip2 organisasi. seperti halnya organ tubuh yang berbeda-beda yang memiliki peran masing2.. perbedaan tidaklah menjadi masalah.oleh karena itu dinamakan organisasi; masing2 organ yang berbeda memiliki peran tersendiri. bayangkan jika semua organ tubuh jantung atau lambung. apa yang akan terjadi? dan, jika ada yang mengatakan bahwa organisasi ini bukan organisasi tetapi adalah sebuah komunitas yang terorganisir, hal itu adalah omong kosong besar. sebab prinsip2 dasar tentang organisasi saja tidak dipahami, bagaimana mungkin bisa menyebutnya sebagai sesuatu yang terorganisir? kata terorganisir bisa dipakai saat prinsip2 organisasi tentang pemaknaan perbedaan sudah dipahami. meskipun sebenarnya kelompok ini tetaplah organisasi sebab memiliki struktur yang jelas.
Perbedaan seharusnya indah. sebab disadari atau tidak, semua hal di dunia ini berbeda dan penyeragaman adalah sebuah kebodohan. pebedaan jugalah yang membuat pelangi indah. pemahaman seperti inilah yang membuat Pancasila begitu luhur. dan, membiarkan setiap orang menjadi dirinya sendiri adalah perwujudan Cinta, sama seperti cara Allah mencintai manusia..
Komentar
Posting Komentar