Aufwiedersehen
Entah kenapa hari ini berjalan begitu lamban. Setiap tenaga yang kukeluarkan serasa tak seimbang dengan waktu yang bergulir. Keramaian, keceriaan, tawa bertaut di depan mata, namun kesunyian hati yang kurasa; keharuan melobangi jantungku.
Hari ini dia pergi, menuntut ilmu di tempat yang jauh (ilmu yang tak ada salahnya saja dituntut). Akhirnya terjadi juga; menghabiskan semua kekawatiranku. Dia akan bertarung melawan zona nyamannya, membentuk jati dirinya sendiri. Aku yakin dia kan semakin bijak (tentu saja. Kelak dia yang akan menjadi pasanganku.).
Akupun memutuskan, dalam waktu dekat ini, tidak akan menyusulnya. Masih ada hal yang harus kulakukan. Di sudut2 kota ini, menyatu dengan alam, menggali setiap makna kehidupan, aku masih harus melakukan itu. Biarlah dia melampaui proses itu. Aku mendoakan. Memang akan menjadi sedikit sepi, sebab aku tak lagi bisa berharap sewaktu-waktu bertemu dengannya di setiap sudut kota ini. Untuk beberapa saat, hari2ku akan terasa begitu aneh.
Terkadang memang menyebalkan, selalu ditinggalkan oleh orang2 yang berharga. Tapi, tiada gunanya mengasihani diri sendiri. Yang harus kulakukan hanyalah hidup sesuai dengan dharma ku. Bukan lagi soal menjadi apa atau dengan siapa, tapi soal menjadi bagaimana, itulah dharma.
Sambil menunggu saatnya tiba, entah dia yang siap denganku atau aku yang siap dengannya, aku akan tetap berperang mengalahkan diri untuk mencapai Diri.
hahahahaha benar2 hidup yang jenaka..
Komentar
Posting Komentar