Aum Tat Sat...

Baru bisa aku kembali pada kesadaran dan pengendalian diri. Selama beberapa hari olahrasaku terguncang dan tak menentu. Aku mudah sekali terpancing amarah bahkan untuk sesuatu yang kecil; aku membiarkan diriku mengkhianati kebijaksanaan demi kesenangan sementara. Aku benar2 menjadi primata. 

Dengan keinginan yang kuat, aku berusaha kembali pada kesadaran. Namun semakin aku berusaha melakukannya, aku semakin marah, sebab tak mampu aku memenangkannya. Keinginan adalah derita bahkan untuk sesuatu yang mulia. 

Hari2ku menjadi neraka. Tiada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan pengendalian diri. Menjadi lebih menyakitkan sebab saat itu aku sedang mempelajari Kebijaksanaan Sejati dari Sang Begawan Suci. Aku menjadi begitu kecil dan tak berdaya. Hampir frustrasi, sungguh kehilangan ketenangan diri. 

Lalau aku sadar bahwa aku hanya perlu menjadi apa adanya. Aku bersamadi. Memberi ruang bagi Sang Dewata Agung untuk berkarya pada diriku... Sungguh aneh. Aku memperoleh kembali kesadaran dan pengendalian diri. Syukur kepada Ayahanda Dewata Agung. IA telah menjadi sais atas kereta perangku. Sehingga seperti teratai yang kembali seimbang di tengah arus yang kuat, jiwaku kembali tenang ke dalam peraduannya.

 Di ujung hari, aku menyadari bahwa hidup bukanlah sekedar tontonan untuk direnungkan, hidup adalah medan pertempuran, dimana aku bisa memilih menjadikan Sang Dewata Agung sebagai sais atas kereta perangku.

Aum Tat Sat...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Di Kala Senja

Coffee of Destiny

Stream Of Destiny