The Balance

Mungkin memang benar bahwa idealisme yang dihidupi hanya ada dalam kuliah agama. kehidupan yang hedonis dan oportunis membuat ketidakseimbangan bagi hidup itu sendiri. perasaingan dan tuntutan ini dan itu membuat setiap orang tanpa disadari, berjalan keluar dari jalurnya; jalur yang sudah dipilih untuk memaknai hidup. dulu saat masih muda, kami merancang idealisme yang begitu indah, dimana kami sangat menghargai proses dan bagaimana menjalani hidup. tapi kini setelah cukup dewasa, aku menyadari bahwa tidaklah pernah mudah menghidupi sebuah idealisme. sebab haruslah kuat menghadapi arus yang kuat supaya tidak teromban-ambing; diubah oleh dunia. menghidupi idealisme berarti menari di atas aliran; tidak mengalir , tidak pula melawan arus., namun tetap seimbang. Di jaman ini, dimana setiap pribadi terombang ambing jiwanya, ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang, sulit sekali menemukan orang yang seimbang; yang benar2 menghidupi idealismenya. aku memahami. sebab menjadi orang seperti itu akan selalu mendapat pertentangan, arus yang kuat. tidak ada yang mau, terlalu menyakitkan. tapi meskipun begitu, aku memilih menjalani hidupku dengan caraku, dengan idealismeku, dengan jalan ninjaku. sebab aku menyadari bahwa setiap orang akan mempertanggungjawabkan apa yang diyakininya; nilai2 yang dihidupinya. lagipula, keseimbangan itu penting untuk menjaga keseimbangan jiwa. sperti halnya alam semesta mengandung banyak keseimbangan. apabila satu sisi terganggu, alam semesta akan mencari jalannya untuk membuatnya seimbang. bayangkan jika itu terjadi pada jiwa manusia, betapa beratnya proses penyeimbangan yang harus dilakukan. sebab semakin besar gangguan yang terjadi, semakin keras usaha untuk menyeimbangkannya. oleh karena itu, di dalam keheningan jiwaku, aku mensyukuri setiap proses yang telah kualami sampai akhirnya aku memutuskan utnuk menjadi seorang brahmana, seorang petapa.
Komentar
Posting Komentar